MAKALAH STUDY HADIST II
“PENGERTIAN TARIKH AL-RAWI, DAN PENJELASAN
TENTANG PEMBAGIAN THABAQAT AL-RUWAT”
Dosen Pembimbing:
Mahbub Junaidi, M.Th.i
Disusun
Oleh :
1.
Abdul Nafi’
2. M Saifullallah
3. Mujayanti
4. Rizki Amalia
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM
DARUL’ULUM LAMONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah,puji
syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat hidayah dan
karunianya sehingga makalah tentang “pengertian
tarikh al-rawi, dan penjelasan tentang pembagian thabaqat al-ruwat” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabiullah Muhammad SAW.
Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Study Hadits II. Dalam
penulisan makalah ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Mahbub Junaidi, M.Th.i selaku dosen pengampu mata kuliah Study Hadits II dan
kepada pihak-pihak yang memberikan motivasi dalam upaya penyelesaian makalah
ini. Namun demikian,dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa tidak
menutup kemungkinan dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekuranganya,untuk
itu penyusun mengharapkan masukan dan saran bagi pihak-pihak yang mempelajari
makalah ini demi keberhasilan yang lebih baik lagi untuk waktu yang akan
datang. Karena penyusun menyadari bahwa segala kekurangan itu datangnya dari
kita sendiri sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan jika
terdapat kelebihan, semua itu tentu karena kehendak Allah SWT. Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua khususnya penyusun.
Aamiin.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Lamongan
, 03 oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
kata pengantar………………………………….…. .. .……………………….. i
daftar isi…..……………………………………. . . …………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang……..…… . . . ………………………………………. 1
B.
Rumusan
masalah……. . . …..………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarikh al-Rawi ………………………………….…. ..…….. 2
B. Pengertian tentang pembagian Thabaqat al-Ruwat …………………….. 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………….………….…… 8
B.
kritik dan saran………………………………………. ….… . . . ……... 9
DAFTAR PUSTAKA. .…………………………….……………………..….... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Ilmu
untuk mengetahui data diri rawi ini merupakan gabungan dari beberapa
pengetahuan yang dapat menentukan sosok diri seorang rawi sehingga ia dapat di
bedakan dari rawi lainnya. Kemudian di telitilah karakteristik lalu di nilailah
apakah ia patut di-jhar atau di-ta’dil
Kajian
yang di butuhkan untuk mengenal sosok diri seorang rawi meliputi aspek
sejarahbdan aspek namanya dengan segala hal terkait, seperti kapan seorang rawi
di lahirkan, kapan seorang rawi menerima hadist yang dirawikan, kapan seorang
rawi menyampaikan hadist tersebut, dan kapan seorang rawi wafat.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian tarikh al-rawi itu?
2. Apa
pengertian tentang pembagian thabaqat al-ruwat?
C. TUJUAN
1. Agar
mahasiswa mengetahui pengertian tarikh al-rawi.
2. Agar
mahasiswa mengetahui pengertian tentang pembagian thabaqat al-ruwat.
D. MANFAAT
1. Mahasiswa
nmengetahui pengertian tarikh al-rawi.
2. mahasiswa
mengetahui pengertian tentang pembagian thabaqat al-ruwat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
TARIKH AL-RAWI
Tarikh al-rawi
adalah ilmu untuk mengetahui para perawi hadist yang berkaitan dengan usaha
periwayatan mereka terhadap hadist. Dengan ilmu ini akan di ketahui keadaan dan
identitas para perawi, seperti kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, masa/waktu
mereka mendengarkan hadist dari gurunya, siapa yang meriwayatkan hadist
darinya, tempat tinggal mereka, tempat merekan melakukan lawatan, dan
lain-lain. Ilmu ini mengkhususkan pembahasannya secara mendalampada sudut
kesejarahan dari seseorang yang terlibat dalam periwayatan.[1]
Tema ini merupakan fondasi bagi kajian historis
para rawi, karena ia berpijak pada peristiwa-peristiwa yang di alami para rawi
sepanjang hidup mereka. Bagi ahli hadist, sejarah memiliki kedudukan yang
teramat penting untuk mengetahui sejauh mana bersambung dan terputusnya suatu
sanad, untuk mengungkap karakteristik para rawi serta menyingkap tabir para
pendusta.
Sufyan al-Tsaun
berkata,”ketika para rawi banyak melakukan dusta, maka kami mengantisipasinya
dengan menggunakan sejarah.” Hafsh Bin Ghiyat berkata, “apabila kamu menemukan
suatu kecurigaan pada seorang rawi , maka perhitungkanlah ia dengan tahun.”
Yakni hitunglah umurnya dan umur orang yang ia riwayatkan.
‘Afir Bin Mi’dan
Al Kala’i berkata suatu hari dating kepadaku Umar Bin Musa Himsh, lalu kami
berkumpul di masjid . kemudian ia berkata , ‘telah meriwayatkan hadist kepadaku
gurumu yang shaleh.’ Setelah ia berbicara banyak, maka saya Tanya kepadanya
‘siapa yang anda maksud sebagi guru kami yang yang shaleh itu? Sebutkanlah
namanya agar kami mrngetahuinya.’ Namanya
adalah Khalid Bin Mi’dan,’ jawabnya. Aku bertanya lagi , ‘Tahun berapa anda
bertemu dengannya?’ pada tahun 108 H.’ ‘di mana anda bertemu/’ desakku. ‘di
gunung Armenia’. Kemudian aku berkata , ‘bertaqwalah kepada Allah, ya sam ! dan
jangan berdusta. Khalid Bin Mi’dan itu telah wafat pada tahun 104 H, dan anda
mengaku bertemu dengannya empat tahun setelah ia wafat.
Al-hakim
berkata, “ketika datang kepada kami Muhammad Bin Hatim Al-Kasysyi dan
meriwayatkan kepada ku sebuah hadist dari ‘abd bin humaid, maka kutanyakan
kepadanya tahun kelahiran orang itu. Ia menjawab bahwa Abd lahir pada tahun
260H. kemudian kukatakan kepada murid-muridku bahwa syekh ini mendengar hadist
dari ‘Abd Bin Hunaid tiap batas tahun setelah ia meninggal.” Abu Khalid Al-Saqa’
pada tahun 209 H mengaku mendengar hadist dari anas bin malik dan melihat
Abdullah Bin Umar. Abu Nu’aim bertanya
heran, “waktu itu berapa tahun umurnya?” “berumur 125 tahun,” jawabnya. Abu Nu’aim
berkata, “sesuai dengan pengakuannya, ibnu umar telah wafat lima tahun sebelum Abu
Khalid sendiri lahir.
Oleh karena itu
para ulama’ menekankan kepada para penuntul ilmu hadist agar terlebih dahulu
menguasai sejarah dan mengetahui tahun wafatnya para guru hadist, mengingat ia
termasuk cabang ilmu hadist yang paling terpenting. Lebih-lebih yang berkaitan
dengan Rasulullah SAW, Para sahabat senior dan para tokoh agama. Dengan
demikian maka tidak seorang muslim pun layak mengabaikannya, apalagi para
penuntut ilmu hadist. Ini karena orang yang seandainya terpaut dan berminat
dengan suatu disiplin ilmu tertentu, maka hatinya pasti juga berminat dengan
segala sesuatu yang mengantarkannya. Dan seorang muslim lebih layak bersikap
demikian
Diantara kitab
tarikh para rawi yang paling besar yaitu sebagai berikut;
a)
Al-Tarikh
al –kabir karya Imam
Al-Bukhori. Kitab ini membahas identitas dan karakteristik setiap rawi dengan
cukup ringka, meliputi penjelasan tentang nama guru-guru dan murid-muridnya,
jading-kadang mengungkap jarh wa
al-ta’dil-nya tetapi banyak sekali tidak mengungkapkannnya. Kitab ini telah
di cetak dalam delapan jilid.
b)
Al-tarikh
karya Ibnu Abi Khaitsamah, sebuah kitab yang
besar : ibnu al-shalah berkata,”sungguh berlimpah faidah kitab ini.”
c)
Masyahir
‘ulama’ al-amshar karya Abu Hatim Muhammad Bin Hibban
Al-Susti. Kitab ini membahas tarikh setiap rawi dengan sangat ringkas, hanya
dengan dua tau tiga baris saja. Setiap rawi di lengkapi dengan tahu wafatnya.
Kitab ini telah di cetak dua jilid
B.
THABAQAT AL-RUWAT
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang
memiliki kesamaan dalam suatu sifat. Sedangkan menurut istilah muhadditsin, thabaqat adalah suatu kaum yang hidup
dalam satu masa dan memiliki suatu keserupaan dalam umur dan sanad, yakni
pengambilan hadist dari para guru.
Dengan pengertian ini, thabaqah
identik dengan kata jilun (generasi dari sisi kebersamaan
dalam berguru).
Kadang kala para muhadditsin menganggap bahwa kebersamaan dalam menimba
ilmu hadist cukup bias di katakan satu thabaqah. Sebab pada umumnya mereka
memiliki kesamaan dalam umur.
Peneliti dan pengamat ilmu hadist sangat di tuntut untuk mengetahui tahun
kelahiran dan kematian setiap rawi, murid-muridnya, dan guru-gurunya.
Kategorisasi bagi seorang rawi thabaqah
bias berbeda-beda, tergantung pada segi penilaian dan hal-hal yang mendasari
kategorisasinya. Oleh karena itu, sering kali dua orang rawi di anggap berada
dalam satu thabaqah karena memiliki
kesamaan dalam satu segi dan di anggap berada dalam thabaqah yang berlainan karena tidak memiliki kesamaan dalam segi
lainnya.
Anas Bin Malik Al-Anshari berserta sahabat junior lain akan berada di bawah
sekian thabaqah abu bakar dan
sejumlah sahabat senior apa bila di lihat dari segi waktu mereka masuk islam.
Namun, merekadapat dianggap dalam satu thabaqah
apabila dilihat dari kesamaan mereka sebagai sahabat Nabi SAW. Dengan demikian,
seluruh sahabat adalah thabaqah rawi
yang pertama. Tabiin menempati thabaqah
kedua, atba’ al-tabiin thabaqah ketiga,
atba’ atba’ al-tabiin ‘thabaqah keempat
dan atba’ atba’ atba’ al-tabiin thabaqah kelima. Kelima thabaqah itu adalah thabaqah para rawi sampai
kurun ketiga, yakni akhir masa
periwayatan.[2]
Ibnu hajar membagi thabaqah berdasarkan kedekatan mereka dalam sanad atau
kesamaan guru-guru dan masa hidup mereka. Menurut beliau, para rawi itu terdiri
atas 12 thabaqah. Masing-masing thabaqah ia jelaskan kesamaan zamannya
secara sepintas, yang dapat anda jumpai di dalam kitab taqrib al-tahdzib.
1.
Thobaqot yang pertama : para shahabat (الصحابة)
2.
Thobaqot yang kedua : thobaqot kibar tabi’in (كبار التابعين),
seperti sa’id bin al-musayyib, dan begitu pula para mukhodhrom. Mukhodhrom (المخضرم)
: orang yang hidup pada zaman jahiliyyah dan islam, akan tetapi ia tidak pernah
melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman.
Misalnya : seseorang masuk islam pada zaman rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, akan tetapi ia tidak pernah bertemu rasulullah karena jauhnya jarak
atau udzur yang lain. Atau seseorang yang hidup sezaman dengan rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia belum masuk islam melainkan setelah wafatnya
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3.
Thobaqot ketiga : thobaqot pertengahan dari
tabi’in (الطبقة
الوسطى من التابعين), seperti al-hasan
(al-bashri, pent) dan ibnu sirin, dan mereka adalah (berada pada) thobaqot yang
meriwayatkan dari sejumlah shahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
4.
Thobaqot keempat : tabi’in kecil (صغار التابعين),
mereka merupakan thobaqot yang sesudah thobaqot yang sebelumnya (thobaqot ke-3,
pent). Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi’in (thobaqot ke-1,
pent). Rowi yang dalam thobaqot ini contohnya adalah az-zuhri dan qotadah.
5.
Thobaqot kelima : thobaqot yang paling kecil
dari tabi’in (الطبقة
الصغرى من التابعين), mereka adalah yang
lebih kecil dari yang thobaqot-thobaqot tabi’in yang sebelumnya. Dan mereka
adalah termasuk tabi’in, mereka melihat seorang atau beberapa orang shahabat.
Contoh thobaqot ini adalah musa bin ‘uqbah dan al-a’masy.
6.
Thobaqot keenam : thobaqot yang sezaman dengan
thobaqot ke-5 (عاصروا
الخامسة), akan tetapi tidak tetap
khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang shahabat seperti ibnu juraij.
7.
Thobaqot ketujuh : thobaqot kibar tabi’ut
tabi’in (كبار
أتباع التابعين), seperti malik dan
ats-tsauri.
8.
Thobaqot kedelapan : thobaqot tabi’u tabi’in
pertengahan (الوسطى
من أتباع التابعين), seperti ibnu ‘uyainah
dan ibnu ‘ulaiyyah.
9.
Thobaqot kesembilan : thobaqot yang paling
kecil dari tabi’ut tabi’in (الصغرى
من أتباع التابعين), seperti yazid bin
harun, asy-syafi’i, abu dawud ath-thoyalisi, dan abdurrozzaq.
10. Thobaqot
kesepuluh : thobaqot tertinggi yang mengambil hadits dari tabi’ut taabi’in (كبار الاخذين عن تبع الاتباع)
yang mereka tidak bertemu dengan tabi’in, seperti ahmad bin hanbal.
11. Thobaqot
kesebelas : thobaqot pertengahan dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in (الوسطى
من الاخذين عن تبع الاتباع), seperti adz-dzuhli dan
al-bukhori.
12. Thobaqot
keduabelas : thobaqot yang rendah dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in (صغار
الاخذين عن تبع الاتباع), seperti at-tirmidzi dan
para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi’ut
tabi’in, seperti sebagian para syaikh-nya an-nasa’i.
Adapun ulama yang membagi thabaqah shahabah
kepada lima thabaqah, tersusun sebagai berikut:
1.
Ahli Badar.
2.
Mereka yang
masuk Islam lebih dulu, berhijrah ke Habsyi dan menyaksian pertemuan-pertemuan
sesudahnya.
3.
Mereka yang
ikut perang Khandaq.
4.
Wanita-wanita
yang masuk Islam, setelah mekah terkalahka dan sesudahnya.
thabaqah para rawi sangat besar
manfaatnya, karena dengannya dapat diketahui sejumlah rawi yang memiliki
keserupaan dan sulit di bedakan; bias terhindar dari kekeliruan lantaran
kesamaan antar rawi dalam nama dan kunyah-nya,
dapat mengetahui hakikat di balik tadlis,
atau meneliti maksud ‘an’anah (
pernyataan seorang rawi: ‘an fulan),
apakah ia dalam bentuk sanad yang muttadzil atau munqathi.
Menginggat begitu besar faidah kajian ini,
banyak muhadditsin menyusun kitab tentang thabaqah.
Dan dua kitab diantaranya telah di cetak.
a) Al-thabaqat al-kubra
karya Al-Imam Al-Hafizh Muhammad Bin Sa’d. kitab ini sangat kumplit dan besar
faidahnya. Popularitasnya melebihi kitab-kitab lain yang sejenis.penyusunnya
ialah seorang yang hafizh dan tsiqat.
Akan tetapi, banyak isi kitab ini bersumber dari rawi yang dhaif, seperti
Muhammad Bin Umar Al-Wadidi, gurunya. Ia menyebut gurunya ini dengan namanya
dan nama ayahnya, yakni Muhammad Bin Umar tanpa di jelaskan julukannya. Juga
gurunya yang lain, Hisyam Bin Muhammad Bin Al-Saib Al-Kalbi. Dari kedua gurunya inilah ia banyak
menggali bahan kiatbnya itu.
b) Al-thabaqah
karya Al-Imam Khalifah Bin Kayyath. Kitab ini sangat berfaedah dalam bentuk
yang sangat ringkas dalam dua jilid di damaskus.[4]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tarikh
al-rawi adalah ilmu untuk mengetahui para perawi hadist yang berkaitan dengan
usaha periwayatan mereka terhadap hadist. Dengan ilmu ini akan di ketahui
keadaan dan identitas para perawi, seperti kelahirannya, wafatnya,
guru-gurunya, masa/waktu mereka mendengarkan hadist dari gurunya, siapa yang
meriwayatkan hadist darinya, tempat tinggal mereka, tempat merekan melakukan
lawatan, dan lain-lain. Ilmu ini mengkhususkan pembahasannya secara
mendalampada sudut kesejarahan dari seseorang yang terlibat dalam periwayatan.
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang
memiliki kesamaan dalam suatu sifat. Sedangkan menurut istilah muhadditsin, thabaqat adalah suatu kaum yang hidup
dalam satu masa dan memiliki suatu keserupaan dalam umur dan sanad, yakni
pengambilan hadist dari para guru, pembagian thabaqah adalah sebagai berikut:
1. Thobaqot yang
pertama : para shahabat (الصحابة)
2. Thobaqot yang
kedua : thobaqot kibar tabi’in (كبار التابعين),
3. Thobaqot ketiga
: thobaqot pertengahan dari tabi’in (الطبقة الوسطى من التابعين),.
4. Thobaqot
keempat : tabi’in kecil (صغار
التابعين),
5. Thobaqot kelima
: thobaqot yang paling kecil dari tabi’in (الطبقة الصغرى من التابعين),
mereka adalah yang lebih kecil dari yang thobaqot-thobaqot tabi’in yang
sebelumnya. Dan mereka adalah termasuk tabi’in, mereka melihat seorang atau
beberapa orang shahabat.
6. Thobaqot keenam
: thobaqot yang sezaman dengan thobaqot ke-5 (عاصروا الخامسة),
akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang shahabat
seperti ibnu juraij.
7. Thobaqot
ketujuh : thobaqot kibar tabi’ut tabi’in (كبار أتباع التابعين),
8. Thobaqot
kedelapan : thobaqot tabi’u tabi’in pertengahan (الوسطى من أتباع التابعين),
seperti ibnu ‘uyainah dan ibnu ‘ulaiyyah.
9. Thobaqot
kesembilan : thobaqot yang paling kecil dari tabi’ut tabi’in (الصغرى من أتباع التابعين),.
10. Thobaqot
kesepuluh : thobaqot tertinggi yang mengambil hadits dari tabi’ut taabi’in (كبار الاخذين عن تبع الاتباع
11. Thobaqot
kesebelas : thobaqot pertengahan dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in (الوسطى
من الاخذين عن تبع الاتباع),
12. Thobaqot
keduabelas : thobaqot yang rendah dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in (صغار
الاخذين عن تبع الاتباع),
B. KRITIK DAN SARAN
Setiap
mahasiswa seharusnya lebih memperdalam
ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya
sehingga mempunyai skill. Di harapkan
lebih menyempurnakan makalah ini. Mahasiswa harus menjadi center
learning student dalam perkuliahan sehingga mahasiswa yang lebih kreatif.
Demikian makalah yang kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabilaada saran dankritik yang ingin di
sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon
dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalahhamba Allah yang tak luput
dari salah khilaf dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Nuruddin. 2012. Ulumul hadist. Bandung. PT Remaja
rosdakarya
Suparta munzier. 2003.
Ilmu hadist. Jakarta. PT Raja
grafindo persada
_____,
”Ilmu Rijalil Hadits: Tarikh Al-Ruwwat/Thabaqat Al-Ruwwat.”, Tafsir_Hadits.com,
diakses dari http://tafsirhaditsuinsgdbdgangkatan2009.blogspot.com/2014/02/ilmu-rijalil-hadits-tarikh-al.html,
pada tanggal 17 oktober 2015 pada pukul 10.02.
[1]
Drs. Munzier Suparta, MA. ILMU HADIST. Jakarta. PT. Raja Grafida persada. 2003. Hal
34
[2]
Dr. nuruddin. ‘ulumul HADIST. Pt .remaja rosdakarya.
Jakarta. 2012 hal 136-139
[3] http://tafsirhaditsuinsgdbdgangkatan2009.blogspot.com/2014/02/ilmu-rijalil-hadits-tarikh-al.html, pada tanggal 17 oktober 2015 pada pukul 10.02
[4] Ibid Dr. nuruddin. 2012 hal 139-140

Tidak ada komentar:
Posting Komentar